Bisa jadi maag adalah penyakit
yang sering Anda dengar. Bahkan, mungkin Anda termasuk orang yang kerap dibuat
merintih kesakitan oleh penyakit tersebut.
Mulai sekarang sebaiknya kita
memasang ancang-ancang untuk mencegah (bagi yang belum terkena) dan
mengendalikan (bagi yang sudah terkena). Bukan apa-apa, karena selain membawa
ketidaknyamanan saat terjadi serangan, penyakit maag juga berpeluang menggiring
kita ke berbagai komplikasi yang lebih serius.
Istilah maag sebenarnya merujuk
kepada lambung. Dalam telaah kedokteran, maag lebih mengarah kepada gastritis
yaitu peradangan pada lambung. Gastritis sendiri memberikan gejala yang
bersifat subjektif dan lebih dispesifikkan kepada rasa tidak enak, bisa berupa
nyeri yang terutama dirasakan di ulu hati, muntah, mual, kembung, cepat merasa
kenyang, serta heartburn/pirosis/rasa terbakar di dada.
Dalam setiap waktu, lambung tetap
menghasilkan asam. Namun, kadar asam akan meningkat dengan adanya makanan,
tepatnya dimulai pada saat kita melihat, membayangkan, atau mencium aroma
makanan. Makanan ibarat zat basa yang akan meningkatkan pH di lambung.
Oleh karena itu, kiranya hal di
atas bisa menjadi jawaban mengapa orang dengan jam makan yang tidak teratur
atau suka menunda-nunda waktu makan berpotensi menderita gastritis. Sekalipun
memiliki sawar pelindung, jika kadar asam terlalu banyak maka lapisan pelindung
akan mengalami erosi sehingga menimbulkan peradangan pada dinding lambung.
Infeksi bakteri Helicobacter
pylori juga dapat menyebabkan gastritis yang disertai dengan ulkus (borok) pada
lambung. Begitu pula halnya dengan penggunaan obat antinyeri (seperti aspirin)
yang berkepanjangan. Hal ini dikarenakan obat antinyeri mengurangi produksi
prostagladin yang merupakan pelindung dinding lambung.
Merokok dan stres juga merupakan
faktor risiko terjadinya gastritis. Begitu pula dengan kopi (termasuk kopi
tanpa kafein), teh, cola, makanan berempah, makanan berlemak, atau ketan yang
diyakini dapat mencetuskan gastritis dan rasa tidak nyaman pada perut.
kita harus meminimalkan faktor
pencetus agar gastritis tidak berulang kembali. Hal tersebut penting karena
gastritis dapat berakhir pada komplikasi berupa kanker lambung.
Paparan asam abnormal yang
terus-menerus akan membuat sel lambung berubah sifat menjadi sel ganas. Pada
perjalanan berikutnya, sel ganas akan terus membelah guna memperbanyak diri.
Keadaan seperti inilah yang kita sebut sebagai kanker lambung atau gastric
carcinoma. Infeksi H.pylori, makanan kaya garam dan rendah serat, serta faktor
genetik juga merupakan beberapa pemicu kanker lambung.
Gejala kanker lambung stadium
awal sering tidak jelas dan kerap dirancukan dengan gastritis. Oleh karena itu,
tidak mengherankan mengapa sebagian pasien datang mencari pengobatan setelah
kanker memasuki stadium lanjut. Bagi Anda yang memiliki penyakit maag, sudah saatnya meningkatkan benteng pertahanan guna meminimalkan kekambuhan.
Jangan sampai penyakit yang kerap
dianggap lumrah itu menggiring Anda kepada keadaan seperti kanker lambung.
Mulailah mengatur jadwal agar Anda dapat makan dengan teratur setiap harinya.
Hindari makanan yang merangsang lambung, termasuk di dalamnya faktor risiko
yang dapat mencetuskan gastritis. Jika Anda tetap harus mengonsumsi obat
antinyeri, pastikan obat tersebut tidak dimakan dalam keadaan perut kosong.
0 comments:
Post a Comment